![]() |
Potret Salah Satu Wisudawan Dok.Pribadi |
Depok, RuangNarasi— Balairung Universitas Indonesia (UI) dipenuhi kebahagiaan sejak pukul 06.00 pagi. Ribuan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) resmi dikukuhkan sebagai wisudawan tahun akademik 2024/2025. Prosesi yang berlangsung hingga pukul 13.00 WIB ini menjadi momen puncak perjalanan panjang para mahasiswa. Namun di balik kemegahan acara.
"Gelar ini akhirnya saya raih. Sekarang saatnya melupakan mata kuliah yang paling saya benci dan fokus pada hal terpenting: cari kerja. Wish me luck!" ucap hamida
terselip catatan kritis dari para orang tua yang tidak mendapat akses penuh ke dalam ruang utama.
Di Bawah Tenda Basah, Asa Orang Tua Wisudawan Teruji
Sejak pagi, barisan tenda putih telah berdiri di halaman Balairung UI. Di bawah tenda-tenda inilah ratusan orang tua dan keluarga wisudawan mengikuti jalannya prosesi lewat layar besar yang disediakan panitia. Namun, suasana haru bercampur gelisah ketika hujan deras mengguyur kawasan Depok sejak pukul 09.00 WIB. Air yang merembes dari atap tenda membuat sebagian orang tua harus bergeser mencari tempat lebih kering, sementara kursi yang basah menambah ketidaknyamanan.
Alasan Kapasitas Ruangan
Di dalam Balairung, prosesi berlangsung khidmat dengan sambutan Direktur PNJ yang menekankan pentingnya inovasi. Tepuk tangan meriah berkali-kali menggema ketika nama wisudawan berprestasi dipanggil. Namun di luar gedung, suara-suara keluhan orang tua tak bisa diredam, terutama terkait kapasitas tempat yang dianggap tidak sebanding dengan jumlah peserta wisuda.
Panitia wisuda mengungkapkan bahwa pembatasan jumlah orang tua di dalam Balairung dilakukan demi menjaga keteraturan dan kapasitas ruangan.
Meskipun ada keterbatasan, semangat kebanggaan tetap terasa kuat. Banyak orang tua rela tetap bertahan di bawah tenda meski basah kuyup, demi sekadar menyaksikan anak mereka mengenakan toga di momen bersejarah. Acara wisuda akhirnya ditutup sekitar pukul 13.00 WIB. Raut bahagia para wisudawan bersanding dengan pelukan hangat keluarga yang setia menunggu di luar. Namun pengalaman tahun ini meninggalkan pesan penting: kebahagiaan wisuda seharusnya tak hanya milik mahasiswa, tetapi juga orang tua yang telah berkorban.